Tarbiyah PKS Seperti Tersesat di Jalan yang Benar
PKS? Aku sudah mengenalnya sejak lama, sejak kakakku masuk ponpes modern
Husnul Khotimah Kuningan JABAR. Tepatnya tahun 1999. Sejak itu pula,
saat liburan tiba kakakku sibuk berdakwah di keluarga kami. Yang pertama
kali kakak ajak halaqah itu adalah Ibu. Kemudian kakak rajin
mengirimkan buku-buku/majalah-majalah yang berkenaan dengan dakwah PK.
Hmmm masih ingat betul, tiap bulan, loper majalah datang mengantarkan 2
majalah pesanan kakak. Ummi dan annida. Ummi untuk Ibu dan Annida
untukku. Saat itu aku masih kelas 5 SD kok.
Saat aku beranjak remaja, akupun sibuk dengan urusan dan hobiku. Renang,
basket, baca komik, teman-teman baru, dan kegiatan sekolah lainnya. Aku
tumbuh menjadi gadis tomboy dan cuek. Terlepas dari itu, aku masih
tetap dalam pantauan kakak. Memakai jilbabpun hanya sebatas perintah
kakak. Kalau gak pakai jilbab, aku kena marah. Ya, hanya itu :)
And then, saat tibanya masuk SMA, aku kenal dengan yang namanya Rohis.
Sebetulnya gak ada niyat untuk ikut serta ke dalam organisasi tersebut.
Tetapi, lagi-lagi kakaklah yang memaksaku turut serta dalam organisasi
yang ngumpulnya di mesjid itu. It’s ok, aku ikutin kakak…
Apa yang aku dapat dari rohis? Banyak… Aku kenal dengan penulis novel
Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, aku juga kenal dengan penulis-penulis
lainnya seperti Ust. Sallim A. Fillah. Pada waktu itu buku yang pertama
kali aku baca adalah Gue never die dan selanjutnya Nikmatnya Pacaran
setelah Pernikahan, buku kedua inilah yang menyemangatiku untuk menikah
muda… Iya, nikah muda. Nikah di usiaku sebelum 21 tahun :D.
Dari rohis juga aku kenal banyak kawan-kawan yang care sekalipun aku tak
terlalu serius menjalaninya. Rohis ini tak pernah aku jadikan nomor 1,
misalkan ada kegiatan bentrok aku lebih rela mengorbankan untuk tidak
ikut acara rohis dibanding acara lainnya. Hmm ini aku dulu. Dan yang
paling istimewa, dari rohis aku kenal apa itu lingkaran cinta atau
halaqah :). Namun lagi-lagi kegiatan halaqah waktu itu belum aku jalani
dengan serius. Seperti yang sudah aku ceritakan, aku tidak menomor 1 kan
kegiatan di rohis…. Politik? Sebatas menyimak. Meskipun kedua
orangtuaku terutama ibu, mulai sibuk dengan kegiatan ke PKS-an, aku
hanya mengikuti. Kala ada baksos, sering diajak juga. Tapi ya gitu,
hanya ikut-ikutan.
Dan pada masa ngampus ini, #ehm aku kenal sama yang namanya ikhwan.
Tanpa sengaja di salah satu Gramedia di kota Bogor. Cuap cuap kesana
kemari, ternyata kami punya aktivitas yang sama. Yaitu melingkar. Dari
sana juga komunikasi kami menjadi intens (aku tahu harusnya ini gak
boleh -___-) Sebut saja Mas R, aslinya dari salah satu kota di Jawa
T**** hehehe…. Dan beliau seorang pencari kerja dan tinggal di Bogor
bersama saudaranya. Kedekatan kami ini bisa dibilang cukup intens
meskipun hanya via HP. Kami juga tak jarang tukar-tukaran buku, dsb. Dan
sejak ini juga, halaqah menjadi nomor 1 buatku, halaqah karena dia :(.
Setelah kami saling tukar cerita tentang keluarga, beliaupun memutuskan
untuk ke rumah dan menemui orangtuaku. Dan rencana kami bulat, ke rumah
di masa aku liburan. Pada saatnya tiba, yang ditunggu tunggu tak kunjung
tiba. Keluarga, terutama orangtua sudah sangat menunggu. Namun hanya
ada satu pesan masuk di HP ku. Ia dapat Panggilan kerja, interview, maaf
telat kasih kabar. Kecewa.
Seminggu setelahnya, kabar menyakitkan datang lagi. Ia sudah dipilihkan
calon pendamping dari murobbi nya … Ya Allah rasanya kayak dihempasin ke
7 jurang. Terlebih saat tahu beliau gak bisa nolak. Saat ini pula aku
kecewa dengan yang namanya tarbiyah. Apa mesti harus begitu? Apa
penjodohan sesama murobbi itu udah pasti lebih baik? Kecewa dan kecewa.
Hampir enggan lagi kenal dengan yang namanya tarbiyah. Dan aku putuskan
untuk tidak lagi mengenal tarbiyah…
Setelah lulus kuliah, aku kembali ke kampung halamanku. Mencoba
mengembangkan ilmu yang sudah aku terima. Lagi-lagi, kakakkulah yang
memaksaku kembali dengan tarbiyah. Hmmm kali ini aku gak bisa nolak. Dan
dengan murabbinya pun sudah kenal sejak jaman SMA. Setelah mengikuti
kembali, aku menceritakan kisahku kenapa enggan mengikuti tarbiyah lagi.
Akhirnya, pelan namun pasti sang murabbi menyentuh titik dimana aku
bisa tersadar dan bertaubat atas apa yang telah aku lakukan selama ini.
Sejak saat itu aku tulus mengikuti halaqah. Bukan karena ingin dapet
jodoh, hehehe.
Rasanya seminggu waktu yang lama untuk menjadi jarak pertemuan kami.
Jum’at sore menjadi jadwal pertemuan kami. Dan sudah dipastikan, hari
senin aku sudah sangat rindu aktivitas melingkar itu. Ingin rasanya
cepat-cepat hari jum’at :)
Ditengah keasyikkan ini, tiba-tiba aku dibebankan tugas oleh murobbi,
yaitu ikut serta dalam dunia perPOLITIKkan. Pikiranku kembali kacau. Dan
kecewa untuk kedua kalinya. Apa yang ikut tarbiyah ini mesti serta
mengikuti politik? Aku tak benci politik, tapi aku enggan terjun
kedalamnya, itu saja. Tarbiyah bagiku ya tarbiyah.. Tempat dimana kami
belajar tentang segala sesuatu. Tempat kami menimba ilmu. Tempat dimana
saling mengungkap senyum. Tempat dimana kami bercengkrama dengan ke
ukhuwahan. Tarbiyah adalah menjemput barokah. Dan bagiku bukan untuk
bermain politik. Hmm
Seperti biasa, dengan lembutnya murobbiah menuturkan kalimat yang
membuatku tercengang. “Menjadi orang baik saja tidak cukup, tapi juga
harus membaikkan orang agar sama-sama menjadi baik.” Ah kalimat
sederhana itu ternyata mampu mebius otakku. Aku yang keras kepala, bisa
kembali luluh dan malah balik aku yang jatuh cinta sama PKS. Ya, aku
sangat jatuh cinta dengan PKS…
Insya Allah, aku siap berada dibarisan PKS apapun yang terjadi. Kali
ini, dalam do’a yang kulantunkan hanyalah, aku minta ke istiqomahan ini
pada Allah. Dan meyakini apa yang aku jalani ini benar walau pada
awalnya aku merasa tersesat. Ya, tersesat dijalan yang benar.
Hmm.. sekian ceritaku tentang tarbiyah PKS. Maaf jika bahasanya kurang nyaman.
And thanks so much for My sister Evi Nurul Badriyah… Tanpa teteh, aku
tak tahu akan seperti apa :). Teteh yang selalu sayang padaku dan
mengingatkan aku dikala khilaf… Salam sayang juga buat 2 ponakanku
Mohammad Faza Muzakki dan Qurrotu ‘Aini :)
Sumber:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/24/tarbiyah-pks-seperti-tersesat-di-jalan-yang-benar-545530.html
Post a Comment