Header Ads

Dakwah PKS ini adalah jalan hidup saya | Muallaf Story


Saya adalah ibu rumah tangga biasa yang beraktifitas dakwah melalui Partai PKS. Tapi saya merasa bahwa dunia dakwah itu memang luar biasa; ada rasa haru disela-sela episodenya, tapi kadang juga ada kejutan-kejutannya. Untuk menjelaskan hal ini saya ingin berbagi kisah.

***

Begini  kisahnya.  Sekitar 8 tahun yg lalu saya pernah bertemu dgn seorang muslimah sebut saja namanya Halimah, yg tempat tinggalnya jauh dari kota tempat saya tinggal. Singkat kisah dia bercerita tentang adik lelakinya yg berketepatan tinggal dekat dgn lingkungan saya, tepatnya di kota medan. Dia menceritakan keluhannya bahwa adiknya menaruh hati pada seorang perempuan. Dan oleh karenanya dia berharap agar mereka segera menikah agar tidak berlama-lama dalam fitnah. Namun yang menjadi kegalauannya perempuan itu non muslim, bahkan  keduanya bertekad akan  meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Dan sebagai konsekwensi hukum Islam si gadis harus siap memeluk islam. Untuk yang terakhir ini  Halimah meminta peran saya.

Akhirnya saya bertemu dgn si gadis dan berdialog sedikit tentang Islam. Alhamdulillah, pada akhirnya beliau memeluk agama islam dgn ikhlas. Proses syahadatpun berlangsung  dgn dihadiri pemuka masyarakat sekitar, juga paman beliau yg masih non muslim. Sejak itu pulalah gadis ini resmi menjadi seorang muslimah. Dan dalam benak saya dia merupakan tanggung jawab saya kelak untuk mengajarkannya bagaimana menjadi seorang muslimah. 

Beberapa waktu kemudian niat sang kakak tadi utk menikahkan adiknyapun terpenuhi. Karena saya merasa dia adalah tanggung jawab saya, saya ikut mengantarkan nya menikah di KUA setempat. Bapak kepala KUA menasihati pihak pria agar memberikan pemahaman dan pengajaran islam kepada sang istri, sebab dia adalah seorang muallaf.

Alangkah sedihnya saya saat sang suami mengatakan bahwa dia juga harus banyak dibimbing, karena dia juga punya kebiasaan buruk selama ini, seperti minum minuman keras, begadang, bahkan berjudi. Saat itu perasaan saya bercampur aduk, mampukah si istri mempertahankan keislamannya dgn keadaan seperti itu? Namun entah mengapa perasaan saya mengatakan bahwa si istri akan bisa bertahan. Dan terus terang sejak saat itu pula saya seperti merasakan adanya kedekatan bathin yg mendalam.  Saya mulai menyayanginya dan menganggap dia adalah adik kandung saya yg baru saya temukan. Sangat berbeda sekali sewaktu pertama sekali saya bertemu dgnnya.

Tak lama setelah menikah, dia berkunjung kerumah saya. Sambil bercerita saya menganjurkannya utk belajar sholat dan membaca Alquran. Memang saat itu saya juga aktif mengisi halaqoh pengajian ibu-ibu, jadi saya rasa dia juga punya hak utk diberikan bimbingan. Sempat saya berfikir apakah suatu saat dia juga bisa bergabung dalam dakwah ini? aaaah rasanya perlu proses yg sangat lama utk itu, pikir saya. yg penting saat ini dia sudah bisa sholat dan mengaji saja itu sudah cukup. 

Akhirnya kami menyepakati waktu utk belajar, setelah selesai maghrib dia datang kerumah saya utk belajar sholat dan membaca Alquran. Saya mengajarinya seperti saya mengajar anak saya. Subhanallah, dgn kerja keras dan ketekunan akhirnya dia mampu melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah. 

Oh iya, dia juga pernah mengatakan pernah berpuasa pada waktu sebelum memeluk Islam karena dia ingin merasakan bagaimana rasanya berpuasa, dan alhamdulillah itu tidak menyulitkan saya utk langsung menganjurkannya mengamalkan kewajiban berpuasa. 

Setelah berjalan beberapa lama yang secara jujur saya katakan karena berbagai kelemahan saya, baik berupa kesibukan dan lain sebagainya akhirnya dia mulai jarang kerumah sampai kemudian tidak datang-datang lagi.

Waktupun berlalu. Saya jarang bertemu dgnnya. Kala itu saya merasa sangat berdosa karena membiarkan dia sendiri, sebab saya merasa dia juga blm terlalu kuat,  apalagi dgn kondisi suami yg meskipun muslim tapi belum tentu mampu utk membimbingnya. 

Sampai  tiba tiba pada suatu malam setelah sholat isya ada seseorang yg mengetuk pintu rumah saya. ”Assalamualaikum”, suara itu seperti pernah saya kenal. Saya langsung menjawab salamnya dan membukakan pintu buat tamu saya itu. ”Subhanallah,dia adalah adik yg muallaf itu”.  Saya mengamatinya dengan seksama. Oh, dia sudah memakai jilbab, meski masih bercelana panjang. Kelihatan berbeda dari sebelumnya. Senang sekali rasanya waktu itu, seakan saya merasa kala itu Allah mengampuni dosa saya karena meninggalkannya. 

Lama kami bercerita tentang kehidupannya dan sampailah pada perbincangan bahwa kedatangannya malam itu kerumah saya didorong oleh peristiwa yang membuatnya sedih luar biasa. Saya sangat prihatin mendengarnya. ”Kak, semenjak sore tadi saya berjalan kaki sambil menangis di sepanjang jalan, terkadang saya ingin menjerit,tapi saya malu dilihat orang”. Demikian diantara kutipan kata-katanya. 

Dari penuturannya hampir 4 jam dia berjalan kaki. Lama juga pikir saya. Saya menyela,  ”ada apa dik?”. “Suami saya tidak mau sholat, dan saya sudah lelah mengingatkannya”. 

“Ya Allah, apa yg dirasakannya saat ini?”. Saya terdiam sejenak. 

Sambil menangis dia melanjutkan. ”Saya sangat sedih kak. Saya tidak tau harus meluapkan kesedihan ini kepada siapa. Makanya saya terus melangkahkan kaki saya kemana saja tanpa tujuan. Ada perasaan kecewa dalam diri ini. Semua telah saya korbankan, agama saya, saya dijauhi keluarga, hak saya, semuanya saya berikan karena saya telah memilih hidup dgnnya. Tapi apa kak, saat saya sudah mulai mencintai Islam sebagai agama saya, saya seperti dicampakkan begitu saja, tolong saya kak”. 

Sesaat kemudian saya mengusap-usap pundaknya,  walaupun sebenarnya dada saya seperti sesak menahan tangis. ”Kakak bangga punya saudara seperti adik. Adik sudah mampu mencintai islam sebegitu dalam, sampai adik merasa bahwa meninggalkan sholat adalah sesuatu yg sangat menyedihkan. Tidak semua orang bisa merasakan seperti itu dik, walaupun orang itu sudah menjadi muslim semenjak dia lahir. Insya Allah kakak akan terus bersama adik, maafkan kakak sudah lama tidak mengajari adik ya”, tutur saya. 

Akhirnya dia pulang kerumah dan saya berpesan padanya tetaplah bersabar dan bertahan dgn keadaan yg ada, sambil terus berusaha dan berdo'a. Insya allah pasti ada kemudahan. Sewaktu dia berdiri  hendak pulang, saya sempat melihat ke tubuhnya, subhanallah, rupanya dia sedang mengandung, dan saya langsung mengatakan sudah berapa bulan? Kalau tidak salah, dia bilang sudah 3 bulan. Saya tanya apa dia sudah periksa ke bidan atau dokter,dia bilang kata suami nanti kalau ada rezeki. Ya allah apa lagi yg dirasakannya, tanpa pikir panjang dan menanyakan keadaan ekonomi keluarganya saya langsung menyuruhnya utk datng besok sore kerumah saya dan kita pergi ke bidan utk memeriksakan kandungannya.

Semenjak pertemuan itu dan setelah memeriksakan kandungannya yg menurut sang bidan dalam keadaan baik baik saja,  dan saya semakin sering bertemu dgnnya, sampai akhirnya dia melahirkan anak pertama. Setelah beberapa bulan dia membawa anaknya kerumah saya. dan setelah itu dia sibuk mengasuh anaknya dan cerita itu terulang kembali, kami tidak bertemu lagi. Masih saja saya lupa, bahwa saya pernah kehilangannya beberapa waktu yg lalu, tapi entah kenapa ada sedikit keyakinan sekaligus harapan dalam diri bahwa dia akan jauh lebih baik dari yang dulu.

Ternyata benar.  Pada satu waktu saya menghadiri acara di DPC PKS tempat saya tinggal, kebetulan juga ada pertemuan dgn orang tua PAUD yg dikelola oleh DPC, saya bertemu kembali dengannya. 

”Anak saya sekolah di PAUD yg dikelola PKS kak”. Saya sangat senang mendengarnya. Salah seorang ummahat menanyakan apakah saya sudah lama mengenalnya? saya katakan bahwa dia adalah seorang muallaf. Ummahat itu, sekaligus murabbi (Pembina) nya sedikit terkejut. Ummahat tersebut mengatkan bahwa baru sekitar sebulan dia mengikuti halaqoh. Namun meski baru satu bulan adik itu sangat rajin mengikuti kegiatan2 partai, seperti ta’lim, baksos, dan lain-lain. 

Subhanallah, saya seperti mendapatkan hadiah yg sangat berharga..sekali lagi saya tak mampu mengungkapkan dgn kata2. Allahlah yg mampu membolak balikkan hati manusia, sampai akhirnya jalan mana yg harus ia tempuh. 

Akhirnya hal yang pernah kuimpikan terwujud, bahwa dia ada dalam barisan ini. Dan yang membuat saya bangga sekalligus haru adalah saat saya melihatnya ada di aksi Freeze mobyg dilakukan para kader utk mensosialisasikan pasangan cagubsu yang diusung PKS beberapa waktu yang lalu. Dengan bergamis dan berjilbab layaknya akhawat PKS ia dgn ikhlasnya menyapa masyarakat sekaligus seakan-akan ia ingin mengatakan. ”Dakwah ini adalah jalan hidup saya”. Inilah keharuan dan sekaligus kejutan bagi hidup saya. ***


*Dikisahkan oleh Irfa Halena
Email: irfahalena@gmail.com 

Sumber : http://www.pkspiyungan.org

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.